Memahami dan menjelaskan perdarahan pervaginam
Perdarahan vagina yang normal
adalah darah periode yang mengalir sebagai kotoran dari kandungan wanita,
perdarahan vagina normal juga disebut menorrhea.
Proses terjadinya menorrhea
disebut menstruasi (menstruation). Sedangkan Perdarahan vagina abnormal adalah
aliran darah dari vagina yang terjadi pada waktu yang salah selama bulan itu
atau pada jumlah-junlah yang tidak sesuai.
1. Perdarahan menstruasi yang sangat berat (menorrhagia)
Perdarahan vagina yang sangat
berat/parah, disebut menorrhagia, adalah perdarahan menstruasi yang lebih besar
dari 5 sendok makan per bulan. Kondisi ini terjadi pada kira-kira 10% dari
wanita-wanita. Pola yang paling umum dari menorrhagia adalah perdarahan yang
berlebihan yang terjadi pada siklus-siklus menstruasi yang teratur dan dengan
ovulasi yang normal
2. Perdarahan vagina yang tidak teratur; periode-periode
menstruasi yang terlalu seringkali (polymenorrhea)
Periode-periode menstruasi yang
seringnya secara abnormal (polymenorrhea) dapat disebabkan oleh
penyakit-penyakit tertentu yang ditularkan secara seksual atau sexually
transmitted diseases (STDs) (seperti chlamydia atau gonorrhea) yang menyebabkan
peradangan pada kandungan(uterus). Kondisi ini disebut penyakit peradangan
pelvis. Endometriosis adalah kondisi dari penyebab yang tidak diketahui yang
dapat menjurus pada nyeri pelvis dan polymenorrhea. Adakalanya, penyebab dari
polymenorrhea tidak jelas, pada kasus mana wanitanya dikatakan mempunyai
disfungsi perdarahan kandungan.
3. Periode-periode menstruasi pada interval-interval yang
tidak teratur (metrorrhagia)
Periode-periode menstruasi yang
tidak teratur (metrorrhagia) dapat disebabkan oleh pertumbuhan-pertumbuhan jinak
di leher rahim (cervix), seperti polip-polip leher rahim. Penyebab dari
pertumbuhan-pertumbuhan ini biasanya tidak diketahui. Metrorrhagia dapat juga
disebabkan oleh infeksi-infeksi dari kandungan (endometritis) dan penggunaan
dari pil-pil pencegah kehamilan (oral contraceptives). Adakalanya setelah
evaluasi, seorang dokter wanita mungkin menentukan bahwa metrorrhagia-nya tidak
mempunyai penyebab yang dapat diidentifikasikan dan bahwa evaluasi yang lebih
jauh tidak perlu pada saat itu.
Perimenopause adalah periode
waktu yang mendekati transisi menopause. Ia seringkali dikarakteristikan oleh
siklus-siklus menstruasi yang tidak teratur, termasuk periode-periode
menstruasi pada interval-interval yang tidak teratur dan variasi-variasi pada
jumlah dari aliran darah. Ketidakaturan-ketidakaturan menstruasi mungkin
mendahului timbulnya menopause yang sebenarnya (didefinisikan sebagai
ketidakhadiran dari periode-periode untuk satu tahun) oleh beberapa tahun.
4. Jumlah atau durasi yang berkurang dari aliran menstruasi
(hypomenorrhea)
Suatu fungsi tiroid yang
terlalu aktif (hyperthyroidism) atau penyakit-penyakit ginjal tertentu dapat
kedua-duanya menyebabkan hypomenorrhea. Pil-pil mulut pencegah kehamilan dapat
juga menyebabkan hypomenorrhea. Adalah penting untuk wanita-wanita untuk
mengetahui bahwa periode-periode menstruasi yang lebih ringan, lebih singkat,
atau bahkan ketidakhadiran sebagai akibat dari meminum pil-pil pencegah
kehamilan tidak mengindikasikan bahwa efek-efek pencegahan kehamilan dari
pil-pil pencegah kehamilan adalah tidak cukup. Sebenarnya, banyak wanita-wanita
menghargai "efek-efek sampingan" ini dari obat-obat oral pencegah
kehamilan.
5. Perdarahan diantara periode-periode menstruasi
(intermenstrual bleeding)
Wanita-wanita yang berovulasi
secara normal dapat mengalami perdarahan ringan (adakalanya dirujuk sebagai
"spotting") diantara periode-peiode menstruasi. Metode-metode
pengontrolan kelahiran secara hormon begitu juga penggunaan IUD untuk
kontrasepsi mungkin adakalanya menjurus pada perdarahan yang ringan diantara
periode-periode. Stres kejiwaan, obat-obat tertentu seperti obat-obat
anticoagulant, dan fluktuasi-fluktuasi pada tingkat-tingkat hormon mungkin
semuanya adalah penyebab-penyebab perdarahan rigan diantara periode-periode.
Kondisi-kondoisi lain yang menyebabkan perdarahan menstruasi abnormal, atau
perdarahan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi secara teratur (lihat
dibawah) dapat juga adalah penyebab dari intermenstrual bleeding.
6. Perdarahan setelah berhubungan seks (post coital
bleeding/PCB)
Perdarahan paska senggama (post
coital bleeding/PCB) pada umumnya disebabkan oleh dua hal, masalah pada serviks
(leher rahim) dan perdarahan pada lapisan dalam rahim (endometrium). Perdarahan
yang berasal dari serviks bisa terjadi karena adanya lesi pada serviks, adanya
penyakit seksual, adanya polip dan karena adanya kehamilan ektopik (ovum yang
dibuahi menempel di luar uterus). Penempelan itu bisa terjadi pada tuba falopi,
ovarium, atau serviks.
Sedangkan jika terjadi pada
lapisan endometrium bisa terjadi karena lapisan dinding rahim kurang stabil,
maka munculnya spot atau vlek darah paska hubungan intim lebih mudah terjadi.
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga bisa menyebabkan lapisan
dinding rahim kurang stabil. Infeksi gonorhea, chlamydia atau jamur juga bisa
menyerang dinding rahim dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga mudah terjadi
perdarahan setelah berhubungan intim.
Memahami dan menjelaskan tentang karsinoma serviks
1.
Definisi
Kanker serviks / kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina ).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.
Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 – 55
tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks
dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal
yang menuju ke dalam rahim.
2.
Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks
menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks
terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang
bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut
kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak
diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
·
HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma
akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45
dan 56.
·
Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
1.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
2.
Berganti – ganti pasangan seksual
3.
Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
4.
Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil
untuk mencegah keguguran.
5.
Pemakaian pil KB
6.
Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.
7.
Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap
smear secara rutin )
3.
Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang
disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng
berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada
di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ
berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
1.
Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai
masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2.
Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3.
Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur
jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus
yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses
metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula
fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan
KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau
invasif, prose keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0
tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar
antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan
dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari
Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma
dan yang paling jarang adalah sarcoma.
4.
Manifestasi Klinik
·
Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis jaringan
·
Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
·
Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan
III)
·
Pendarahan spontan saat defekasi
·
Pendarahan spontan pervaginaan
·
Anemia akibat pendarahan berulang
·
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
5.
Stadium Karsinoma Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri
:
Tahapan Lesi
|
Lokasi
|
Deskripsi
|
Tahap
0
Tahap
1
Tahap
1A
Tahap
1B
Tahap
II
Tahap
IIA
Tahap
IIB
Tahap
III
Tahap
IIIA
Tahap
IIIB
Tahap
IV
|
Karsinoma
in situ
Karsinoma
yang hanya benar-benar berada dalam serviks
Kanker
vagina
Kanker
mengenai 1/3 bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua
dinding pelvis
Perluasan
kandung kemih
Perluasan
rectal penyebaran jauh
|
Kanker
terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Ukuran
bukan merupakan kriteria
Makroinvasi
Secara
klinis jelas merupakan tahap I
Lesi
telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina (bukan 1/3 bagian
bawah) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Hanya
perluasan vagina
Perluasan
paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina.
Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV
menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Meluas
sampai 1/3 bagian bawah vagina saja
Metastase
karsinoma terisolasi yang diraba pada dinding pelvis.
Bukti
bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau
oleh adanya fistulasi vesiko vagina.
Karsinoma
menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.
|
Klasifikasi
Kanker Serviks Pre-Invasif
Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :
1.
CIN I displasia ringan
2.
CIN II displasia sedang
3.
CIN III displasia berat dan karsinoma insitu
Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah
papanikolaou (PAP) Test.
PAP test terdiri dari 5 kategori.
1.
Stadium I : Tidak ada sel abnormal
2.
Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus
diukur.
3.
Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal
4.
Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu
5.
Stadium V : Sel malignan – kanker invasif
6.
Kanker Serviks invasive
Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif
a)
Karsinoma mikroinvasif
Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih
dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.
b)
Karsinoma invasif
Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks
invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah
pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan
gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta
pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.
c)
Kanker Serviks Lanjut dan Berulang
Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif,
mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi.
6.
Diagnosis
Ø
Pap Smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker
serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun
sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau
usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur
yaitu 1 kali / tahun.
Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan hasil yang
normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 – 3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari
kanker serviks :
-
displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
-
displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
-
karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )
-
kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke
organ tubuh lainnya )
Ø
Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik
dan evaluasi respon pada pengobatan.
Ø
Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)
Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
Ø
Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan
ditemukan dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)
Ø
Tes kimia skrining
Ø HDL dengan
diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP,
trombosit berkurang atau meningkat.
Ø
Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
Komplikasi
1.
VI. Penatalaksanaan
1.
Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat
rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif,
kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi
(pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks).
2.
Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau
histerektomi radikal.
3.
Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal
dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi
pelvis diangkat.
2.
VII. Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah
bening menuju 3 arah yaitu :
1.
Ke arah fornises dan dinding vagina
2.
Ke arah korpus uterus.
3.
Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih.
1.
Perencanaan Terapi Radiasi
1.
Terapi Radiasi Eksternal
1.
Perawatan sebelum pengobatan
Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk
prosedur.
1.
Selama Terapi
-
Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan deodoran.
-
Pertahankan keadekuatan nutrisi.
1.
Perawatan Post Pengobatan
-
Hindari infeksi
-
Laporkan tanda-tanda infeksi
-
Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi.
-
Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.
-
Lakukan perawatan kulit dan mulut.
1.
Terapi Radiasi Internal
1.
Pertimbangan Perawatan Umum
-
Teknik isolasi
-
Membatasi aktivitas
1.
Perawatan Pre Insersi
-
Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari.
-
Pasang kateter sesuai indikasi
-
Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan
-
Latih nafas panjang, latih ROM
-
Jelaskan tentang pembatasan pengunjung.
1.
Selama Terapi Radiasi
-
Monitor TTV tiap 4 jam
-
Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam
-
Beri posisi semi fowler
-
Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml
-
Kateter tetap terpasang
-
Monitor intake dan output
-
Monitor tanda-tanda pendarahan
-
Beri support mental.
1.
Perawatan Post pengobatan
-
Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan
pneumonia)
-
Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit,
diare, disuria dan distansia vagina)
-
Monitor intake dan output cairan.
1.
Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter
Stadium I dan II
: Aplikasi radium
6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000 rad / 5 minggu.
Stadium III
: Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 rad.
Stadium IV :
Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.
Sitostatika dalam Ginekologi
Penggolongan obat sitostatika :
1.
Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua
sel pada siklus ® obat-obat non spesifik
2.
Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana
proliferasi ® obat fase spesifik.
3.
Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh
proliferasi sel lebih besar ® obat-obat siklus spesifik.
Macam – macam obat :
1)
Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent)
Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan
pembentukan RNA. Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik
adalah : depresi sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan
pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia).
2)
Obat Anti Metabolit
Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan
tetapi menghalangi berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu
siklus dalam sel.
3)
Obat Antibiotik
Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.
4)
Obat alkaloid
Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase
metastasis.
5)
Obat Hormon
Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal,
rentan terhadap hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar.
Cara Pemberian Obat
a.
Pemberian Oral
Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam
lemak. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan
sel epitelium sehingga mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang.
dapat disertai pendarahan.
b.
Pemberian Intramuskuler
Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis,
pendarahan lokal yang sukar dihentikan.
c.
Pemberian intravena
Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan
langsung secara “bolus” atau per infus.
d.
Pemberian intrapleura
Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi
cairan pleura dan membunuh sel kanker.
e.
Pemberian intraperitoneal
Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites,
obat ini diberikan intraperineum.
Syarat Pemberian Sitostatika
1.
Keadaan umum harus baik
2.
Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek
samping yang terjadi.
3.
Faal ginjal dan hati baik.
4.
Diagnosis histopatologik diketahui.
5.
Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.
6.
Hb > 10 gr%.
7.
Leukosit > 5000/ml.
8.
Trombosit > 100.000/ml.
Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus
dipenuhi dalam pemberian pengobatan.
1.
Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker.
2.
Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap.
Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada
traktus digestivus yaitu :
1.
Gingivitis
2.
Diare
3.
Rasa mual
4.
Muntah
5.
Pendarahan usus
6.
Anemia
7.
Leukopenia
8.
Trombositopenia
9.
Kenaikan suhu
10.
Hiperpigmentasi
11.
Gatal – gatal
12.
Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.
Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu :
1.
Mencegah terjadinya infeksi HPV
2.
Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur
Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu
pemeriksaan mikroskopik terhadap sel – sel yang diperoleh dari apusan serviks.
Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah
spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan bagian luar serviks )
dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ).
Sel – sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu
diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya
tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan
seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon.
Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan
prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks
tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi.
Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :
1.
setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
2.
setiap tahun untuk wanita yang berganti – ganti pasangan
seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin
3.
setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB
4.
setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35
tahun jika 3 kali pap smear berturut – turut menunjukkan hasil negatif / untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
5.
sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan
abnormal
6.
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre
kanker maupun kanker servik
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks
sebaiknya :
1.
anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan
hubungan seksual
2.
jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil
kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
3.
jangan berganti – ganti pasangan seksual
4.
berhenti merokok
5.
pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika
seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun.
Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan
biopsi
6.
Identitas Klien
7.
Keluhan utama
8.
Status kesehatan
Pembagian
kanker seviks berdasarkan FIGO
Penatalaksanaan
pengobatan kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai
modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah
sebagai berikut :
-
Stadium IA1
Histerektomi
ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan dilakuan konisasi
dilanjutkan pengamatan lanjut.
-
Stadium IA2
Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2)
dan limfadenektomi pelvis. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi
pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi
radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di
titik A 75-80 Gy)
-
Stadium IBI/IIA
Hindari
gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas. Histerektomi
radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb
para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat
dikonservasi. Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan
cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan
(+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di
titik A 80-85 Gy)
-
Stadium IB2/IIA > 4 cm.
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta
pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi
diperluas.
Operasi :
Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
-
Stadium IIB, III, IVA
Kemoradiasi
: Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka
kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi diperluas
Eksenterasi
: Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai
dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
-
Stadium IVB atau residif
Residif lokal sesudah operasi1
Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50
Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi
kalau proses tidak sampai dinding panggul
Prognosis
Karsinoma
serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala.
Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2
tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar