Minggu, 28 April 2013

Clonorchis sinensis


Taksonomi

Kerajaan: Animalia

Phylum: Platyhelminthes

Class: Trematoda

Ordo: Opisthorchiida

Subordo: Opisthorchiata

Famili: Opisthorchiidae

Genus: Clonorchis

Species: Clonorchis sinensis


Penyebaran

Clonorchis Sinensis ditemukan terutama di Asia timur dan selatan juga di Asia Pasifik.Cacing ini menyebar di berbagai negara seperti China, Korea, Vietnam, Taiwan, jepang, dan lain-lain. Penyakit yang di temukan di indonesia bukan infeksi autokon.

Habitat

Dalam daur hidupnya Clonorcis sinensis mempunyai dua hospes parantara dan hospes definit.Hospes perantara pertamanya bekicot terutama Parafossarulus manchouricus,spesies dari genus Bulinus ,Bythinia,Semisulchospira,Alocinna,Tiara.Hospes perantara kedua nya adalah ikan air tawar dari genus Cyprinidae. Cacing dewasa hidup pada saluran empedu manusia Ductus choleductus,manusia adalah hospes definitif dari cacing ini. Selain manusia hospes definitif dari cacing Clonorchis sinensis bisa juga hewan-hewan karnifora yang memakan ikan yang terinfeksi meta serkaria Clonorchis sinensis.

Morfologi

Telur

Telur berbentuk oval seperti kendi operkulum besar ,bagian posteriornya menebal dan biasanya ada tonjolan kecil.Telur berisi mirasiduim,ukuran telur 25-35 X 12-19 mikron,dan warna telur kuning.

Larva

Dalam siklus hidupnya setelah keluar dari telur cacing Clonorchis sinensis berkembang berturut-turut menjadi beberapa bentuk larva mirasidium(berenang di air);sporokista,redia,serkaria(dalam tubuh tubuh bekicot);Metaserkaria(dalam tubuh ikan dan hospes definitif).

Mirasidium

Berbentuk oval dan memiliki silia(rambut getar).

Sprokokista

Berbentuk kantong dan mengandung sel-sel germinal .Sel-sel germinal membentuk membentuk sporokista generasi kedua atau redia.

Redia

Berbentuk kantong,memiliki faring yang nyata dan usus rudimenter.Mengandung sel germinal yang akan berkembang menjadi redia generasi kedua atau serkaria.

Serkaria

Berwarna coklat,berekor,memiliki dorsal dan ventral sirip untuk bergerak, bintik mata yang berfungsi sebagai alat sensori,dan kutikula dengan duri-duri kecil.

Metaserkaria

Meta serkaria merupakan stadium larva berbentuk kista berkembang.Kista memiliki dinding yang sangat tebal organ larva seperti bintik mata,ekor dan stiletnya telah hilang.

Cacing dewasa

Cacing pipih berbentuk daun.Bagian posteriornya membulat dan pada integumenya tidak ditemukan duri.Ukuran cacing dewasa 10-25 X 3-5mm.Batil isap kepala lebih besar dari pada batil isap perut.Testis berlobus dalam tersusun membentuk tandem dan terletak dibagian posterior tubuh .Ovarioum terletak dibagian anterior testis pada bagian tengah tubuh .porus genital di depan dakat batili sap perut,uterus berisi telur bermuara pada porus genital.Filtelaria membentuk folikel-folikel lembut dan ter letak di lateral tubuh.

Siklus Hidup

Telur akan menetas dan mengeluarkan mirasidium bila termakan hospes perantara I keong air.Dalam keong air akan berturut-turut berkembang menjadi sporokista ridia I,redia II,dan serkaria.Serkaria keluar keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II(famili Cyprinidae).Serkaria menembus hospes perantara dua dan melepaskan ekornya .Dalam tubuh hospes perantara II serkaria membuntuk kista yang disebut metaserkaria(bentuk infektif).Dalam duodenum metaserkaria pecah kemudian mengeluarkan larva dan kemudian masuk kedalam saluran empedu.Setelah satu bulan didalm saluran empedu,larva berkembang menjadi dewasa.


Aspek klinis

Penyakit yang disebabkan oleh cacing Clonorchis sinensis adalah
klonorkiasis.Gejala yang dialami penderita adalah akibat rangsangan mekanik dan sekresi toksin oleh cacing Clonorchis
senensis.pada awal infeksi terjadi leukositosis ringan dan eosinofilia.Apabila terjadi hiper infeksi dari cacing yang banyak maka dapat menimbulkan sirosis,tubuh lemah,ikterus,anemia,berat badan menurun,edema,gangguan pencernaan,rasa tidak enak dibagian epigastrus dan diare.Pada beberapa kasus,penderita meninggal karena daya tahan tubuh menurun drastis sehingga timbul infeksi sekunder sebagai penyakit tambahan.Pada infeksi ringan,prognosis baik walaupun tidak diobati.Pada kasus kronis di daerah hiperendemis,prognosis kurang baik.

Diagnosis

Diagnosis ditegakan dengan menemukna telur dalam tinja dan cairan duodenum.Pada daerah endemis yang penduduknya gemar memakan ikan mentah,diagnosa klinis dapat diduka apabila penderita mengalami hepatomegali dan hepatitis.Apabila terjadi infeksi lanjutan harus dapat dibedakan denagn tumor ganas dan sirosis hati.

Pengobatan

Obat yang bisa diberikan pada penderita klonorkiasis adalah prazikuantel.pada infeksi ringan dapat diberikan gentian violet,sedangkan pada infeksi berat dapat digunakan klorokuin.

Pencegahan

Pencegahan klonorkiasis yang paling sederhana yaitu memasak matang semua jenis ikan karena stadium infektif Clonorchis sinensis paling banyak terdapat pada ikan.Pada daerah endemis masyarakat dilarang untuk defekasi di sembarang tempat(khususnya di perairan)agar tidak tercemari tinja yang mengandung telur cacing ini.

Rabu, 24 April 2013

Macam-macam gen supresor tumor



Familial Cancer Syndrome
Tumor Suppressor Gene
Function
Chromosomal Location
Tumor Types Observed
P53
17p13.1
brain tumors, sarcomas, leukemia, breast cancer
RB1
13q14.1-q14.2
retinoblastoma, osteogenic sarcoma
WT1
transcriptional regulation
11p13
pediatric kidney cancer, most common form of childhood solid tumor
NF1, protein = neurofibromin 1
catalysis of RAS inactivation
17q11.2
neurofibromas, sarcomas, gliomas
Neurofibromatosis Type 2

GeneReviews
NF2, protein = merlin or neurofibromin 2
linkage of cell membrane to actin cytoskeleton
22q12.2
Schwann cell tumors, astrocytomas, meningiomas, ependymonas
APC
signaling through adhesion molecules to nucleus
5q21-q22
colon cancer
Tuberous sclerosis 1

GeneReviews
TSC1, protein = hamartin
forms complex with TSC2 protein, inhibits signaling to downstream effectors of mTOR
9q34
seizures, mental retardation, facial angiofibromas
Tuberous sclerosis 2

GeneReviews
TSC2, protein = tuberin
see TSC1 above
16p13.3
benign growths (hamartomas) in many tissues, astrocytomas, rhabdomyosarcomas
Deleted in Pancreatic Carcinoma 4, Familial juvenile polyposis syndrome

GeneReviews
DPC4, also known as SMAD4
regulation of TGF-β/BMP signal transduction
18q21.1
pancreatic carcinoma, colon cancer
DCC
transmembrane receptor involved in axonal guidance via netrins
18q21.3
colorectal cancer
Familial Breast Cancer

GeneReviews
BRCA1
functions in transcription, DNA binding, transcription coupled DNA repair, homologous recombination, chromosomal stability, ubiquitination of proteins, and centrosome replication
17q21
breast and ovarian cancer
Familial Breast Cancer

GeneReviews
BRCA2:
same as the FANCD1 locus
transcriptional regulation of genes involved in DNA repair and homologous recombination
13q12.3
breast and ovarian cancer
Cowden syndrome

GeneReviews
PTEN =phosphatase and tensin homolog
phosphoinositide 3-phosphatase, protein tyrosine phosphatase
10q23.3
gliomas, breast cancer, thyroid cancer, head & neck squamous carcinoma
Peutz-Jeghers Syndrome (PJS)

GeneReviews
STK11 (serine-threonine kinase 11), a nuclear localized kinase, was also called STK11
phosphorylates and activatesAMP-activated kinase (AMPK), AMPK involved in stress responses, lipid and glucose meatabolism
19p13.3
hyperpigmentation, multiple hamartomatous polyps, colorectal, breast and ovarian cancers
Hereditary Nonpolyposis Colon Cancer type 1, HNPCC1

GeneReviews
MSH2
DNA mismatch repair
2p22-p21
colon cancer
Hereditary Nonpolyposis Colon Cancer type 2, HNPCC2

GeneReviews
MLH1
DNA mismatch repair
3p21.3
colon cancer
Familial diffuse-type gastric cancer

GeneReviews
CDH1, protein = E-cadherin
cell-cell adhesion protein
16q22.1
gastric cancer, lobular breast cancer
VHL
regulation of transcription elongation through activation of a ubiquitin ligase complex
3p26-p25
renal cancers, hemangioblastomas, pheochromocytoma, retinal angioma
Familial Melanoma

OMIM data
CDKN2A = tumor suppressor:
protein = cyclin-dependent kinase inhibitor 2A
gene produces 2 proteins: p16INK4 and p14ARF
p16INK4 inhibitscell-cycle kinases CDK4 and CDK6; p14ARF binds the p53stabilizing protein MDM2
9p21
melanoma, pancreatic cancer, others
Gorlin Syndrome: Nevoid basal cell carcinoma syndrome (NBCCS)

GeneReviews
PTCH, protein = patched
transmembrane receptor for sonic hedgehog (shh), involved in early development through repression of action of smoothened
9q22.3
basal cell skin carcinoma

Glenn fredly- Malaikat Juga Tahu


Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri

Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri

Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

Selasa, 23 April 2013

Kresya | Pemendaman Hati My 1st Novel

Kresya | Pemendaman Hati

Grab it fast guys!

Karsinoma Serviks


Memahami dan menjelaskan perdarahan pervaginam

Perdarahan vagina yang normal adalah darah periode yang mengalir sebagai kotoran dari kandungan wanita, perdarahan vagina normal juga disebut menorrhea.
Proses terjadinya menorrhea disebut menstruasi (menstruation). Sedangkan Perdarahan vagina abnormal adalah aliran darah dari vagina yang terjadi pada waktu yang salah selama bulan itu atau pada jumlah-junlah yang tidak sesuai.


1. Perdarahan menstruasi yang sangat berat (menorrhagia)
Perdarahan vagina yang sangat berat/parah, disebut menorrhagia, adalah perdarahan menstruasi yang lebih besar dari 5 sendok makan per bulan. Kondisi ini terjadi pada kira-kira 10% dari wanita-wanita. Pola yang paling umum dari menorrhagia adalah perdarahan yang berlebihan yang terjadi pada siklus-siklus menstruasi yang teratur dan dengan ovulasi yang normal

2. Perdarahan vagina yang tidak teratur; periode-periode menstruasi yang terlalu seringkali (polymenorrhea)
Periode-periode menstruasi yang seringnya secara abnormal (polymenorrhea) dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang ditularkan secara seksual atau sexually transmitted diseases (STDs) (seperti chlamydia atau gonorrhea) yang menyebabkan peradangan pada kandungan(uterus). Kondisi ini disebut penyakit peradangan pelvis. Endometriosis adalah kondisi dari penyebab yang tidak diketahui yang dapat menjurus pada nyeri pelvis dan polymenorrhea. Adakalanya, penyebab dari polymenorrhea tidak jelas, pada kasus mana wanitanya dikatakan mempunyai disfungsi perdarahan kandungan.

3. Periode-periode menstruasi pada interval-interval yang tidak teratur (metrorrhagia)
Periode-periode menstruasi yang tidak teratur (metrorrhagia) dapat disebabkan oleh pertumbuhan-pertumbuhan jinak di leher rahim (cervix), seperti polip-polip leher rahim. Penyebab dari pertumbuhan-pertumbuhan ini biasanya tidak diketahui. Metrorrhagia dapat juga disebabkan oleh infeksi-infeksi dari kandungan (endometritis) dan penggunaan dari pil-pil pencegah kehamilan (oral contraceptives). Adakalanya setelah evaluasi, seorang dokter wanita mungkin menentukan bahwa metrorrhagia-nya tidak mempunyai penyebab yang dapat diidentifikasikan dan bahwa evaluasi yang lebih jauh tidak perlu pada saat itu.

Perimenopause adalah periode waktu yang mendekati transisi menopause. Ia seringkali dikarakteristikan oleh siklus-siklus menstruasi yang tidak teratur, termasuk periode-periode menstruasi pada interval-interval yang tidak teratur dan variasi-variasi pada jumlah dari aliran darah. Ketidakaturan-ketidakaturan menstruasi mungkin mendahului timbulnya menopause yang sebenarnya (didefinisikan sebagai ketidakhadiran dari periode-periode untuk satu tahun) oleh beberapa tahun.

4. Jumlah atau durasi yang berkurang dari aliran menstruasi (hypomenorrhea)
Suatu fungsi tiroid yang terlalu aktif (hyperthyroidism) atau penyakit-penyakit ginjal tertentu dapat kedua-duanya menyebabkan hypomenorrhea. Pil-pil mulut pencegah kehamilan dapat juga menyebabkan hypomenorrhea. Adalah penting untuk wanita-wanita untuk mengetahui bahwa periode-periode menstruasi yang lebih ringan, lebih singkat, atau bahkan ketidakhadiran sebagai akibat dari meminum pil-pil pencegah kehamilan tidak mengindikasikan bahwa efek-efek pencegahan kehamilan dari pil-pil pencegah kehamilan adalah tidak cukup. Sebenarnya, banyak wanita-wanita menghargai "efek-efek sampingan" ini dari obat-obat oral pencegah kehamilan.

5. Perdarahan diantara periode-periode menstruasi (intermenstrual bleeding)
Wanita-wanita yang berovulasi secara normal dapat mengalami perdarahan ringan (adakalanya dirujuk sebagai "spotting") diantara periode-peiode menstruasi. Metode-metode pengontrolan kelahiran secara hormon begitu juga penggunaan IUD untuk kontrasepsi mungkin adakalanya menjurus pada perdarahan yang ringan diantara periode-periode. Stres kejiwaan, obat-obat tertentu seperti obat-obat anticoagulant, dan fluktuasi-fluktuasi pada tingkat-tingkat hormon mungkin semuanya adalah penyebab-penyebab perdarahan rigan diantara periode-periode. Kondisi-kondoisi lain yang menyebabkan perdarahan menstruasi abnormal, atau perdarahan pada wanita-wanita yang tidak berovulasi secara teratur (lihat dibawah) dapat juga adalah penyebab dari intermenstrual bleeding.

6. Perdarahan setelah berhubungan seks (post coital bleeding/PCB)
Perdarahan paska senggama (post coital bleeding/PCB) pada umumnya disebabkan oleh dua hal, masalah pada serviks (leher rahim) dan perdarahan pada lapisan dalam rahim (endometrium). Perdarahan yang berasal dari serviks bisa terjadi karena adanya lesi pada serviks, adanya penyakit seksual, adanya polip dan karena adanya kehamilan ektopik (ovum yang dibuahi menempel di luar uterus). Penempelan itu bisa terjadi pada tuba falopi, ovarium, atau serviks.

Sedangkan jika terjadi pada lapisan endometrium bisa terjadi karena lapisan dinding rahim kurang stabil, maka munculnya spot atau vlek darah paska hubungan intim lebih mudah terjadi. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga bisa menyebabkan lapisan dinding rahim kurang stabil. Infeksi gonorhea, chlamydia atau jamur juga bisa menyerang dinding rahim dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga mudah terjadi perdarahan setelah berhubungan intim.

Memahami dan menjelaskan tentang karsinoma serviks
1.       Definisi
Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ).
Kanker serviks merupakan  gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.
Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 – 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

2.       Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui secara pasti , tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
·         HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.

·         Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
1.       Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
2.       Berganti – ganti pasangan seksual
3.       Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
4.       Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
5.       Pemakaian pil KB
6.       Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.
7.       Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin )


3.       Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :
1.       Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2.       Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3.       Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.
4.       Manifestasi Klinik
·         Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
·         Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
·         Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)
·         Pendarahan spontan saat defekasi
·         Pendarahan spontan pervaginaan
·         Anemia akibat pendarahan berulang
·         Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

5.       Stadium Karsinoma Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :
Tahapan Lesi
Lokasi
Deskripsi
Tahap 0

Tahap 1


Tahap 1A
Tahap 1B
Tahap II



Tahap IIA
Tahap IIB

Tahap III



Tahap IIIA

Tahap IIIB

Tahap IV
Karsinoma in situ

Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks


Kanker vagina






Kanker mengenai 1/3 bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis




Perluasan kandung kemih



Perluasan rectal penyebaran jauh
Kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Ukuran bukan merupakan kriteria


Makroinvasi
Secara klinis jelas merupakan tahap I
Lesi telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina (bukan 1/3 bagian bawah) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Hanya perluasan vagina
Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina.
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina saja
Metastase karsinoma terisolasi yang diraba pada dinding pelvis.
Bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sitoskopi atau oleh adanya fistulasi vesiko vagina.
Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.

Klasifikasi

Kanker Serviks Pre-Invasif
Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :
1.       CIN I displasia ringan
2.       CIN II displasia sedang
3.       CIN III displasia berat dan karsinoma insitu
Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.

PAP test terdiri dari 5 kategori.
1.       Stadium I : Tidak ada sel abnormal
2.       Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur.
3.       Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal
4.       Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu
5.       Stadium V : Sel malignan – kanker invasif
6.       Kanker Serviks invasive

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif
a)      Karsinoma mikroinvasif
Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.
b)      Karsinoma invasif
Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.
c)       Kanker Serviks Lanjut dan Berulang
Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi.
Description: http://asree84.files.wordpress.com/2011/07/stadium-kanker-serviks.jpg

6.       Diagnosis
Ø  Pap Smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali  / tahun.
Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 – 3 tahun.
Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
-           displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )
-           displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )
-           karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )
-           kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ tubuh lainnya )
Ø  Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada pengobatan.
Ø  Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)
Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
Ø  Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)
Ø  Tes kimia skrining
Ø  HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.
Ø  Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

Komplikasi

1.       VI.             Penatalaksanaan
1.       Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk kerucut dari serviks).
2.       Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal.
3.       Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat.
2.       VII.          Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu :
1.       Ke arah fornises dan dinding vagina
2.       Ke arah korpus uterus.
3.       Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandungkemih.

1.           Perencanaan Terapi Radiasi
1.       Terapi Radiasi Eksternal
1.       Perawatan sebelum pengobatan
Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur.
1.       Selama Terapi
-          Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan deodoran.
-          Pertahankan keadekuatan nutrisi.
1.       Perawatan Post Pengobatan
-          Hindari infeksi
-          Laporkan tanda-tanda infeksi
-          Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi.
-          Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.
-          Lakukan perawatan kulit dan mulut.
1.       Terapi Radiasi Internal
1.       Pertimbangan Perawatan Umum
-          Teknik isolasi
-          Membatasi aktivitas
1.       Perawatan Pre Insersi
-          Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari.
-          Pasang kateter sesuai indikasi
-          Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan
-          Latih nafas panjang, latih ROM
-          Jelaskan tentang pembatasan pengunjung.
1.       Selama Terapi Radiasi
-          Monitor TTV tiap 4 jam
-          Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam
-          Beri posisi semi fowler
-          Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml
-          Kateter tetap terpasang
-          Monitor intake dan output
-          Monitor tanda-tanda pendarahan
-          Beri support mental.
1.       Perawatan Post pengobatan
-          Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan pneumonia)
-          Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare, disuria dan distansia vagina)
-          Monitor intake dan output cairan.

1.       Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter
Stadium I dan II   :           Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000 rad / 5 minggu.
Stadium III        :  Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000 rad.
Stadium IV        : Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

Sitostatika dalam Ginekologi
Penggolongan obat sitostatika :
1.       Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus ®  obat-obat non spesifik
2.       Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi ® obat fase spesifik.
3.       Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar ® obat-obat siklus spesifik.
Macam – macam obat :
1)      Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent)
Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA. Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia).
2)      Obat Anti Metabolit
Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel.
3)      Obat Antibiotik
Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.
4)      Obat alkaloid
Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis.
5)      Obat Hormon
Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar.

Cara Pemberian Obat
a.       Pemberian Oral
Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai pendarahan.
b.      Pemberian Intramuskuler
Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang sukar dihentikan.
c.       Pemberian intravena
Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara “bolus” atau per infus.
d.      Pemberian intrapleura
Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan membunuh sel kanker.
e.      Pemberian intraperitoneal
Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan intraperineum.
Syarat Pemberian Sitostatika
1.       Keadaan umum harus baik
2.       Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi.
3.       Faal ginjal dan hati baik.
4.       Diagnosis histopatologik diketahui.
5.       Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.
6.       Hb > 10 gr%.
7.       Leukosit > 5000/ml.
8.       Trombosit > 100.000/ml.
Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian pengobatan.
1.       Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker.
2.       Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap.
Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu :
1.       Gingivitis
2.       Diare
3.       Rasa mual
4.       Muntah
5.       Pendarahan usus
6.       Anemia
7.       Leukopenia
8.       Trombositopenia
9.       Kenaikan suhu
10.   Hiperpigmentasi
11.   Gatal – gatal
12.   Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.

 Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu :
1.       Mencegah terjadinya infeksi HPV
2.       Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur
Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel – sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ).
Sel – sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon.
Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi dan biopsi.
Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :
1.       setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
2.       setiap tahun untuk wanita yang berganti – ganti pasangan seksual / pernah menderita infeksi HPV / kutil kelamin
3.       setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB
4.       setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear berturut – turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
5.       sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
6.       sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker  maupun kanker servik

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :
1.       anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual
2.       jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
3.       jangan berganti – ganti pasangan seksual
4.       berhenti merokok
5.       pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi
6.       Identitas Klien
7.       Keluhan utama
8.       Status kesehatan
Pembagian kanker seviks berdasarkan FIGO
Penatalaksanaan pengobatan  kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas terapi. Terapi kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah sebagai berikut :
-          Stadium IA1
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan  dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
-          Stadium IA2
Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis.  Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan.Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
-          Stadium IBI/IIA
Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas.  Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel kgb para-aorta2.      Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi.  Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah (dengan cisplatin ± 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)
-          Stadium IB2/IIA > 4 cm.
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.
Operasi    : Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
-          Stadium IIB, III, IVA
Kemoradiasi         : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi diperluas
Eksenterasi           :   Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
-          Stadium IVB atau residif
Residif lokal sesudah operasi1
Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2.        Eksenterasi kalau proses tidak sampai dinding panggul            

Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.