Sabtu, 20 Oktober 2012

Faringitis Akut

1. Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain.

2. Etiologi

Faringitis akut merupakan penyakit menular yang ditularkan melalui percikan saliva dari penderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya dapat disebabkan oleh virus dan bakteri, dan dipermudah oleh rangsangan uap, asap, zat kimia, kuman-kuman golongan Streptococcus B hemoliticus, Streptococcus viridans serta golongan pyogenes. Sisanya disebabkan oleh infeksi virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta Herpes. Factor resiko yang menyebabkan faringitis, udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus influenza, makanan yang kurang bergizi, konsumsi alcohol yang berlebihan, gejala dari penyakit scarlet fever, pneumonia, pertusis dan sebagainya

Pathogen

Viral • Rhinovirus (100 types and 1 subtype) • Coronavirus (3 or more types) • Adenovirus (types 3, 4,7, 14 and 21) • Herpes simplex virus (types 1 and 2) • Parainfluenza virus (types 1-4) • Influenzavirus (types A and B) • Coxsackivirus A (types 2, 4-6, 8 and 10) • Epstein-Barr virus • Cytomegalovirus • Human immunodeficiency virus type I

Bacterial

• Streptococcus pyogenes (group A b-hemolytic streptococci) • Group C b-hemolytic streptococci • Neisseria gonorrhoeae • Corynebacterium diphtheria • Arcanobacterium haemolyticum

Chlamydial

• Chlamydia penumoniae

Mycoplasmal

• Mycoplasma pneumoniae

3. Epidemiologi

 Frekuensi

Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap tahunnya.

 Mortalitas Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak di sekolah dan absensi di tempat kerja bagi orang dewasa.

 Ras Faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata

 Jenis Kelamin

Faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang sama

 Usia

Faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenai anak-anak.

4. Klasifikasi

a) Faringitis viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian menimbulkan farimgitis.

Gejala dan Tanda

Demam, disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejalla konjungtivitis pada anak.

Ebstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruj tunuh terutama retro servikal dan hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

Terapi

Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan tablet hisap.

Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian.hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mm/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.

b) Faringitis bacterial

c) Faringitis fungal

d) Faringitis gonorea

5. Patofisiologi

Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mucosa pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal dengan gambaran inflamasi seperti kalor, dolor, rubor, tumor, dan fuunctio lasea. beberapa virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases.

Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang mengahasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus dan basillus influensa, diantar organisme yang lainnya. Pada stadium awal,terdapat hiperemia, edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian biasaanya difokuskan difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel atau bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletaj lebih kelateral, menjadi meradang dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri, disebut sebagai”faringitis lateral”. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsila, hanya faring saja yang terkena.

6. Manifestasi Klinis

Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:

• demam

• pembesaran kelenjar getah bening di leher

• peningkatan jumlah sel darah putih.

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

7. Pemeriksaan

Untuk dapat menentukan etiologi, dapat dilakukan biakan tenggorokan.Virus biasanya penyebab utama faringitis akut. Kultur tenggorok tidak perlu dilakukan bila sudah yakin penyebab faringitis ini adalah virus. Namun kultur tenggorok merupakan pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosa faringitis akut dengan penyebab utama Streptococcus grup A.

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan

• Skrining terhadap bakteri streptokokus

• Leukositosis

• Uji resistensi bila perlu

8. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

gejala : • nyeri tenggorokan dan nyeri menelan

• Tonsil (amandel) yang membesar

• Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah

• Demam

• Pembesaran kelenjar getah bening di leher

• Peningkatan jumlah sel darah putih.

• Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.

• Untuk mendiagnosa pasien dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, mengevaluasi • tenggorokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru dan leher. Infeksi faring akut • umumnya adalah virus, peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.

Perkembangan virus atau penemuan antigen dari virus influenza yang cepat pada nasopharyngeal menunjukkan tempat dimana terapi anti virus yang tepat. Test yang sama juga dapat digunakan untuk adenovirus, virus syntical pernafasan dan virus parainfluenza. Dengan menggunakan transcriptase rantai polymerisasi untuk diagnosis dari

entero virus dan rhinovirus infeksi tidak berkembang tapi dapat digunakan untuk pencegahan/perawatan di klinik sehari-hari. Pharyngeal swab untuk rapid antigen ditemukan 80% - 90% sensitive pada orang dewasa dan harus diperhatikan seluruh pasien yang berhubungan dengan pharingitis gabungan bakteri dan virus tinggi dicurigai. Perkembangan pharygeal untuk diagnosis pada anak-anak dan remaja yang berhubungan dengan pharinitis gabungan bakteri dan virus adalah sama pada dasarnya Faringitis Virus Faringitis Bakteri Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan Sering ditemukan nanah di tenggorokan Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

9. Diagnosa Banding

- Mononukleus infeksiosa - Tonsilitis difteri - Scarlet fever - Angina agranulositosis - Tonsilitis kronis

10. Penatalaksanaan

a) Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.

b) Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.

c) Untuk demam dan nyeri:

 Dewasa

Parasetamol 250 atau 500 mg, 1 – 2 tablet per oral 4 x sehari jika diperlukan, atau Ibuprofen, 200 mg 1 – 2 tablet 4 x sehari jika diperlukan.

 Anak

Parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam di bawah 1 tahun : 60 mg/kali (1/8 tablet)

• 1 – 3 tahun : 60 – 120 mg/kali (1/4 tablet)

• 3 – 6 tahun : 120 – 170 mg/kali (1/3 tablet)

• 6 – 12 tahun : 170 – 300 mg/kali (1/2 tablet)

Obati dengan antibiotik jika diduga ada infeksi :

 Dewasa

 Kotrimoksazol 2 tablet dewasa 2 x sehari selama 5 hari

 Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari

 Eritromisin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari

 Anak

 Kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari

 Amoksisilin 30 – 50mg/kgBB perhari selama 5 hari

 Eritromisin 20 – 40 mg/kgBB perhari selama 5 hari

Terapi

terapi terhadap penderita faringitis yang disebabkan oleh bakteri, diberikan penisilin, dan jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin merupakan obat yang di sarankan. Untuk menghindari infeksi dari jamur maka diberikan solusi dengan nystatin 100.000 unit 2 kali sehari.

Pada penderita yang disebabkan oleh virus maka diberikan aspirin, acetomiopher ( tylenol ) untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan.dianjurkan untuk beristirahat dirumah, karena faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Kepada pasien juga dianjurkan untuk mengurangi aktivitas sehari – hari dengan kata lain beristirahat, mengkonsumsi cairan yang banyak, tidak meminum minuman mengandung alkohol dan minuman yang dingin, kumur – kumur larutan NaCl hangat setiap 2 – 3 untuk mengurangi keluhan rasa sakit, menghindari makanan yang merangsang seperti cabe dan lain – lain.

11. Prognosis

Prognosis penyakit ini umumnya baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien datang terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar