Senin, 17 September 2012

Ulkus Peptikum

I. Memahami dan Menjelaskan Anatomi saluran Pencernaan

1. Makroskopis

Saluran pencernaan merupakan semua organ tubuh yang terkait secara langsung dalam proses pencernaan. Organ - organ tersebut ada di sepanjang alur mulut hingga ke anus. Fungsinya untuk mencerna makanan yang awalnya berupa molekul – molekul besar menjadi sari – sari makanan siap pakai seperti glukosa ,asam amino, dan juga asam lemak.

Mulut

Mulut atau rongga oral adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Organ oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di bagian belakang.

 Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk: 1. sebagai indera pengecap/perasa 2. mengaduk makanan di dalam rongga mulut 3. membantu proses penelanan 4. membantu membersihkan mulut 5. membantu bersuara/berbicara

Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus ditulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.

Terdapat tiga jenis papila yaitu: 1. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus; 2. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah; 3. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur. Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila folliata pada hewan pengerat. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang.

• Anatomi gigi

a) Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup gigi bawah. b) Manusia memiliki 2 susunan gigi ; gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi sekunder (permanen). a(1). Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dariruang antara dua gigi depan) terdiri dari 2gigi seri, satu taring dan dua graham, untuk total keseluruhan 20 gigi. b(1). Gigi sekunder mulai keluar pada usia 5 sampai 6 tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari 2gigi seri, satu taring, dua remolar dan tiga geraham, untuk total keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut gigi bungsu. c) Komponen gigi c(1). Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat. Satu sampai tiga akar yang tertanam terdir dari bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang rahang. c(2). Mahkota dan akar beertemu pada leher yang diselubungi gingival (gusi). Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong alveolar dan melekatpada sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang. c(3). Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang melalui foramen apical. c(4) Dentin menyelubungi rongga pulpa dan membentuk bagian terbesar gigi. Dentin pada mahkota gigi tertutup oleh email dan di bagian akar oleh sementum. Email terdiri dari 97% bahan anorganik (terutama kalsium fosfat) dan merupakan zat terkeras dalam tubuh. Zat ini berfungsi untuk melindungi,tetapi dapat tererosi oleh enzim dan asam yang diproduksi bakteri mulut dan mengakibatkan karies gigi. Fluoride dalam air minum atau yang sengaja dikenakan pada gigi dapat memperkuat email.

• Fungsi gigi. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengansaliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

Esofagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 9 sampai 10 inci (25 cm) dan berdiameter 1 inci (2,54 cm). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esophagus(lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka kea rah lambung.

Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristalsis. Mukosa esophagus memproduksi sejumlah besar mucus untuk melumasi dan melindungi esophagus. Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu sendiri . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau sering disebut duodenum.

2. Mikroskopis

a. Rongga Mulut Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang juga melapisi permukaan dalam bibir. Bibir terdiri atas: Pars Cutanea (Kulit bibir) dilapisi: • epidermis, terdiri atas epitel squamosa kompleks berkeratin, dibawahnya terdapat dermis. • dermis, dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, m. erector pili, berkas neuro vaskuler pada tepi bibir. • Letak pars kutanea di bagian luar penampang bibir Pars Mukosa, dilapisi: • epitel squamosa kompleks nonkeratin, diikuti lamina propia (jaringan ikat padanan dari epidermis dan dermis), dibawahnya submukosa, terdapat kelenjar labialis (sekretnya membasahi mukosa mulut). • Letak di penampang bibir berhadapan dengan gigi dan rongga mulut. Pars Intermedia (mukokutaneus), dilapisi: • epitel squamosa kompleks nonkeratin. Banyak kapiler darah. • Letak bagian atas penampang bibir yang saling berhadapan (bibir atas dan bawah)

Lidah

Epitel permukaan dorsal lidah sangat tidak teratur (epitel squamosa kompleks) dan ditutupi tonjolan (papilla) yang berindentasi pada jaringan ikat lamina propia (mengandung jaringan limfoid difus). Terdiri papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Papilla lidah ditutupi epitel squamosa kompleks yang sebagian bertanduk. bagian pusat lidah terdiri atas berkas-berkas otot rangka, pembuluh darah dan saraf. Strukur umum saluran pencernaan. Lapisan saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam: Tunika mukosa, submukosa, muskularis dan serosa/adventisia. Adventisia merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.

Tunika mukosa, terdiri dari Epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh limfe, kelenjar pencernaan, jaringan limfoid) dan Tunika muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah tunika mukosa dan submukosa). Tunika submukosa, terdiri: Jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh limfe, jaringan limfoid, kelenjar pencernaan, pleksus submukosa meissner

Tunika Muskularis, tersusun atas: Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara lapisan tersebut terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus mienterikus auerbach.

Tunika Serosa, tersusun atas: Jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh darah dan sel-sel adipose. Epitel squamosa simpleks. b. Esophagus Panjang ±10 inc. Meluas dari faring sampai lambung dibelakang trakea, sebagian besar dl rongga thoraks dan menembus diafragma masuk rongga abdomen. Terdiri atas: Tunika Mukosa Epitel squamosa kompleks non keratin, lamina propia, muskularis mukosa. Tunika Submukosa Jaringan ikat longgar mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan kelenjar esophageal propia.

Tunika Muskularis Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot tersebut sedikit dipisah jaringan ikat. Pada ⅓ bagian atas esophagus terdiri otot rangka, ⅓ bagian tengah terdiri otot polos dan otot rangka, ⅓ bagian bawah dibentuk otot polos.

Adventisia Terdapat pembuluh darah, saraf, jaringan lemak. Adventisia merupakan lapisan terluar dari esophagus bagian atas sedangkan serosa merupakan lapisan esophagus bagian bawah c. Gaster

Tunika Mukosa Merupakan epitel kolumner simpleks, tidak terdapat vili intestinalis dan sel goblet. Terdapat foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina propia dan muskularis mukosa. Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa) yang bersifat sementara dan menghilang saat gaster distensi oleh cairan dan material padat. Foveola tersebut terdapat sel mukosa yang menyekresi mucus terutama terdiri dari: • Sel neck. Menghasilkan secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan • Sel parietal. Menghasilkan HCl • Sel chief. Mengahasilkan pepsin • Sel argentaffin. Menghasilkan intrinsic factor castle untuk pembentukan darah

Tunika submukosa Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan saraf pleksus meissner Tunika muskularis Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian tengah) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot sirkuler dan longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf mienterikus auerbach

Tunika Serosa Peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.

II. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi saluran pencernaan dan biokimia

Lambung (bahasa Inggris: stomach) atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah diafragma, berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.

Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa, submukosa, muscularis, dan serosa. Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang dapat dikeluarkan. Submukosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

Gambar 1. Anatomi Gaster: 1.Esofagus, 2.Kardia, 3.Fundus, 4.Selaput Lendir, 5.Lapisan Otot, 6.Mukosa Lambung, 7.Korpus, 8.Antrum Pilorik, 9.Pilorus, 10.Duodenum Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel goblet [goblet cell], sel parietal [parietal cell], dan sel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.

Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.

Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus va¬gus akan meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks pengosong¬an lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dan kholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengo¬songan lambung merupakan proses umpan balik humoral.

Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung, yang merupakan larutan asam klo¬rida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan menyebab¬kan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin. Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan. Pengatur¬an sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada pengaturan motilitas lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf maupun hormon. Berdasarkan saat terjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus (intes-tinal).

Fase Sekresi Sefalik diatur sepenuhnya me¬lalui saraf. Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasi nervus vagus akan menyebabkan dibebaskannya asetilkolin dari dinding lambung. Ini akan menyebab¬kan stimulasi langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum. Melalui aliran darah, gastrin akan sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinya sehingga sel itu mem¬bebaskan asam klorida. Pada sekresi asam klorida ini, histamin juga ikut berperan. Histamin ini dibebaskan oleh mastosit karena stimulasi vagus (gambar 3). Secara tak langsung dengan pembebasan histamin ini gastrin dapat bekerja. Fase Lambung. Sekresi getah lambung dise¬babkan oleh makanan yang masuk ke dalam lambung. Relaksasi serta rangsang kimia se¬perti hasil urai protein, kofein atau alkohol, akan menimbulkan refleks kolinergik lokal dan pembebasan gastrin. Jika pH turun di bawah 3, pembebasan gastrin akan dihambat.

Pada Fase Usus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan diikuti dengan penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus duabelas jari akan dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang pengeluaran pepsinogen. Hambatan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jika kim yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas. Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresi dan motilitas. GIP (gas¬tric inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HC1 dari lambung dan kemungkinan juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar pankreas. Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi juga di sejumlah organ lainnya antara lain sel D mukosa lambung dan usus halus serta kelenjar pankreas, menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di usus halus. Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon serta asam karbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu, ada tekanan sistemik yang tak berubah, pasokan darah di daerah n. Splanchnicus akan berkurang se¬kitar 20-30%. Bagan 1. Pengaruh Sekresi Sel Parietal

III. Memahami dan Menjelaskan Ulkus Peptikum

1. Definisi Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa esophagus, lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan ulkus akut, karena memiliki jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi, ulkus peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga jejunum. Walaupun aktivitas pencernaan peptic oleh getah lambung merupakan factor etiologi yang penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu factor dari banyak factor yang berperan dalam patogenesis ulkus peptic.

2. Etiologi dan Epidemiologi Salah satu penyebab utama sekitar 60% dari ulkus gaster dan 90% dari ulkus duodenum ialah adanya reaksi inflamasi kronik akibat invasi dari Helicobacter Pylori yang mana paling banyak membentuk koloni di sekitar antrum pylori. Sistem imun tidak dapat mengatasi infeksi ini, meskipun telah terbentuk antibody. Keadaan inilah yang menyebabkan bakteri dapat menyebabkan gastritis kronik yang aktif oleh karena teradinya gangguan regulasi gastrin dari bagian lambung yang terinfeksi Sekresi gastrin dapat menurun yang menyebabkan keadaan hipo- maupun achlorida, dapat juga menjadi meningkat. Gastrin dapat menstimulasi produksi dari asam lambung oleh sel parietal. Helicobacter akan terancam dengan peningkatan asam lambung ini. Peningkatan kadar asam lambung mempunyai kontribusi besar terhadap erosi dari mukosa yang dapat berkembang menjadi formasi ulkus.

Penyebab utama yang lain ialah NSAID. Lambung melindungi diri dari asam lambung dengan adanya lapisan mukosa yang tebal. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh prostaglandin. NSAID memblokade fungsi dari cyclooxygenase 1 (cox-1), yang sangat penting dalam produksi prostaglandin. Anti inflamasi selektif cox-2 seperti celecoxibe dan rofecoxibe kurang mempunyai peranan penting terhadap keadaan ulkus pada mukosa lambung. Meningkatnya angka kejadian helicobacter pylori penyebab ulkus di dunia Barat seiring dengan bertambahnya terapi medis, terutama meningkatnya penggunaan NSAID pada pasien Arthritis. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka harapan hidup warga di Barat.

Insidensi ulkus duodenum telah jauh berkurang sejak 30 tahun yang lalu, meskipun angka kejadian ulkus gaster meningkat sedikit oleh karena penggunaan secara luas dari NSAID. Turunnya angka kejadian ini disadari sebagai suatu fenomena kohort independen terhadap kemajuan terapi penyakit. Fenomena kohort mungkin dapat menjelaskan keadaan meningkatnya taraf hidup masyarakat seiring dengan menurunnya angka kejadian infeksi dari Helicobacter Pylori.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara merokok dan formasi ulkus, namun di penelitian lain mengatakan sebaliknya. Dari beberapa hasil penelitian menyimpulkan makanan yang merangsang seperti makanan pedas serta golongan darah tertentu bersifat ulserogenosa, hipotesis ini bertahan hingga akhir abad ke-20 tapi telah terbantahkan terhadap proses terjadinya ulkus peptic. Suatu hipotesa yang hampir mirip yaitu konsumsi dari alcohol yang disertai dengan infeksi dari Helicobacter Pylori, keduanya harus saling bersamaaan, tak bias berdiri sendiri.

Gastrinomas atau Zollinger Ellison Syndrome ialah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan produksi hormone gastrin. Gastrin bekerja di sel parietal lambung untuk sekresi ion hydrogen di lumen lambung. Bila hormone gastrin terus meningkat dapat menyebabkan hyperplasia sel parietal. Ion hydrogen akan berikatan secara bebas dengan ion clorida membentuk asam klorida. Akumulasi asam klorida yang terjadi secara terus-menerus memudahkan terjadinya ulkus di mukosa lambung.

Para peneliti juga terus melihat stres sebagai penyebab yang mungkin, atau setidaknya komplikasi, dalam perkembangan ulkus. Ada perdebatan mengenai apakah stres psikologis dapat mempengaruhi perkembangan ulkus gaster. Luka bakar dan trauma kepala, dari beberapa penelitian mengatakan kedua hal ini dapat menyebabkan ulkus stres fisiologis, yang dilaporkan pada banyak pasien yang mengalami gangguan ventilasi.

Sebuah pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Academy of Behavioral Medicine Research menyimpulkan bahwa ulkus tidak murni sebuah penyakit infeksi dan gangguan fisiologis dalam lambung, namun faktor-faktor psikologis juga memainkan peran penting. Para peneliti kini sedang mempelajari bagaimana stres dapat mempromosikan infeksi H. pylori. Mereka menyimpulkan, Helicobacter pylori tumbuh subur di lingkungan asam, dan keadaan stres dapat menyebabkan produksi asam lambung berlebih. Hasill penelitian ini didukung oleh sebuah penelitian lain pada tikus yang menunjukkan bahwa stress yang timbul akibat perendaman dalam jangka panjang dan infeksi Helicobacter pylori secara independen terkait dengan pengembangan tukak lambung.

Sebuah studi pasien ulkus peptikum di sebuah rumah sakit Thailand menunjukkan bahwa stres kronis itu sangat terkait dengan peningkatan risiko tukak lambung, dan kombinasi dari stres kronis dan waktu makan yang tidak teratur adalah faktor risiko yang signifikan.

3. Patogenesis & Patofisiologi

Bagan 2. Patogenesa Peptic Ulcer Disease Patogenesis ulkus peptikum yg sebenarnya belum diketahui pasti, namun diketahui ada 3 faktor utama yang berperanan (1) Asam HCl yang berlebihan [acid peptic theory] (2) Pertahanan mukosa yg tidak kuat thd HCl (3) Infeksi dengan Helicobacter pylori Lambung memiliki pertahanan terhadap autodigesti,yaitu mukus lambung dan barier mukosa lambung, Obat-obatan seperti aspirin dan OAINS,alkohol dan infeksi Helicobacter pylori ---► menyebabkan kerusakan barier mukosa lambung ---► ketidakseimbangan faktor defensif dan faktor agresif ---►penurunan fungsi mukosa sel : berkurangnya jumlah mukus dan berkurangnya kerapatan antar sel ---►peningkatan produksi gastrin dan penurunan somatostatin ---► inflamasi ---►mukosa mengalami ulserasi dan perdarahan ---►mukosa yang rusak tidak dapat memproduksi mukus untuk melindungi sebagai barier dari asam lambung.

Adanya ketidakseimbangan dari faktor defensif yang melindungi mukosa lambung dengan faktor agresif FAKTOR AGRESIF FAKTOR DEFENSIF -------------------------------------------------------------------------- • Asam lambung Aliran darah mukosa • Pepsin (Mikrosirkulasi) • Refluk cairan empedu Sel epitel permukaan • Nikotin PG • Alkohol Fosfpolipid/Surfactans • Obat AINS Musin • Kortikosteroid Bikarbonat • Helicobacter pylori Motilitas

Klasifikasi Berdasarkan letak : 1. ulkus duodenum 2. ulkus lambung Asam lambung terbukti berperan dalam timbulnya ulkus. Pada ulkus duodenum sering ditemukan hiperasiditas, namun pada ulkus lambung jumlah asam lambung normal ataubahkan sedikitjumlah asam lambung. Ini disebabkan oleh keseimbangan antara faktor agresif dan defensif.

Faktor agresif meliputi: 1. Faktor internal: asam lambung dan enzim pepsin. 2. Faktor eksternal: bahan iritan dari luar, infeksi bakteri H. Pylori.

Faktor defensif, meliputi: 1. Lapisan mukosa yang utuh 2. Regenerasi mukosa yang baik 3. Lapisan mukus yang melapisi lambung. 4. Sekresi bikarbonat oleh sel-sel lambung 5. Aliran darah mukosa yang adekuat 6. Prostaglandin

Terjadinya suatu peradangan diduga disebabkan oleh:  Meningkatnya faktor agresif  Menurunnya faktor defensif  Gabungan kedua faktor diatas yang terjadi bersamaan Gambar 2. Patofisiologi ulkus gaster akibat infeksi Helycobacter Pylori

1. Faktor agresif Asam lambung sudah sejak dahulu dikenal sebagai faktor agresif yang utama karena sifat asamnya. Asam lambung selain bersifat anti bakteri, sifat yang sebenarnya kita butuhkan untujk mensteerilkan suasan makanan yang kita makan, juga bersifat merusak (destruktif). Selain itu peranan enzim pepsin juga penting. Sesui dengan fungsinya yakni mencerna protein, maka mukosa saluan cerna yang mengandung protein juga dicerna. Oleh karena itu, enzim ini bisa mencerna tidak hanya protein dari makanan yang kita makan, tetapi juga mulosa saluran cerna itu sendiri, sehingga terjadi kerusakan mukos yang verfungsi melindumgi sel di bawahnya. Proses ini disebut autodigestion.

Faktor lain yang dapat meningkatkan faktor agresif adalah faktor eksternal missalnya zat korosif atau infeksi kuman Helicobacter pylori. Zat korosif yang sering masuk adalah makanan yang asam pedas, obat-obatan tertentu (NSAID, anti inflamasi non steroid).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi asam lambung: a. zat-zat kimiawi (gastrin, histamin) b. sistem neuro-hormonal (nervus vagus)

Gastrin Gastrin mrupakan hormon polipeptida yang merupakan salah satu pengtur sekresi sam lambung.gasterin yang dihasilkan oleh sel G di mukosa lambung dibawa melalui aliran darah ke sel parietal. Kemudian gastrin merangsang sekresi asam lambung. Produksi dan pelepasan gastrin dirangsang melalui sistem saraf otonom yakni nervus vagus, jadi sekresi asam lambung juga dirangsang oleh sistem saraf otonom melalui nervus vagus, yang bersifat kolinergik.

Histamin Histamin banyak terdapat di lapisan mukosa lambung di sel mast. Pasa manusia terdapat beberpa tipe reseptor histamin yang masing-masing berbeda lokasi dan reaksinya terhadap histamin, yaitu: a. Reseptor H-1 Banyak terdapat di pembuluh darah dan otot polos. Perangsangan reseptor ini meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, dan dilatasi (pelebaran). Efek inisering disertai rasa sakit, panas, dan gatal. Obat-obatan yang meghambat reseptor H-1 dikenal sebagai antihistamin yang umum, antara lain: chlorfeniramin maleat, difenhidramin, siproheptadin, mebhidrolin nafadisilat dan lain-lain yang menyebabkan sedasi. Kelompok yang tidak menyebabkan kantuk misalanya: terfenadin, astemizol, fexofenadin, dan cetrizine dosis rendah.

b. Reseptor H-2 Histamin pada reseptor H-2 lambung erangsang produksi asam lambung. Obat yang menghambat reepto H-2 ini disebut antagonis H-2 seperti, simetidin, ranitidin, dan famotidin. Pada ulkus duodenum, faktor agresif lebih berperan dalam proses patogenesisnya. Penderita ulkus duodenum biasanya mensekresi asam lambung lebih banyak daripada orang normal.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman isi lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor: • Jumlah sekresi asam lambung. Makin banyak, makin asam. • Jumlah makanan yang masuk dan sifatnya. Makanan yang tidak bersifat asam mengurangi suasana asam di lambung. • Motilitas lambung. Makin cepat pengosongan, makin kurang asam lambung.

2. FAKTOR DEFENSIF • Kontinuitas lapisan mukosa/regenerasi mukosa kontinuitas jaringan ini dipengaruhi berbagai hal yaitu: regenerasi sel mukosa, nutrisi umum, dll. Regenerasi normal sel-sel mukosa lambung terjdi dalam 1-2 hari. Jika regenerasi sel ini terganggu, pertahanan lambung juga terganggu. • Lapisan Mukus Lambung Lapisan mukus merupakan suatu faktor yang penting dalam proses melindungi mukosa karena: a. mukus terdiri atas glikoprotein, merupakan suatu jel yang kental dan lengket b. bekerja sebagai pelumas sehingga dapat melindungi terhadap bahan yang keras dan tajam yang lewat di atasnya c. Mencegah difusi balik ion H+, mencegah difusi balik pepsin karena ion H+ dicegah masuk kembali. Aktivasi pepsinogen yang ada di mukosa dicegah, sehingga pembentukan pepsin dicegah dan tidak terjadi perusakan mukosa.

• Bikarbonat Sekresi bikarbonat dipengaruhi oleh sel-sel epitel sangat sedikit. Akan tetapi, bikarbonat yang sedikit tersebut ditahan oleh membran sel epitel dan mukus. Dengan demikian, bikarbonat tersebut dapat menetralisasi ion H+ yang mungkin masuk menembus mukus.

• Aliran Darah Lambung Sirkulasi darah dalam mukosa harus mencukupi untuk menjamin nutrisi (O2 dan glukosa). Aliran darah juga menyingkirkan asam yang terlalu banyak di dalam sel.

• Prostaglandin Zat ini banyak terdapat di mukosa lambung. Prostaglandin, terutama prostaglandin E, mempunyai beberapa peranan dalam menjaga faktor defensif, yaitu merangsang terbentuknya mukus, ion bikarbonat, menjaga aliran darah yang cukup, dan regenerasi sel-sel mukosa. Efek prostaglandin ini juga didapat dengan pemberian analog prostaglandin. Pembentukan prostaglandin dihambat oleh obat analgesik dan anti-inflamasi.

Pada ulkus lambung, penurunan faktor defensif lebih banyak berperan dalam patogenesis, berbeda dengan ulkus duodenum, dimana faktor agresif yang berlebihan.  Manifestasi Klinis Gejala klinik yang dapat ditemukan pada penderita ulkus peptikum: • Heartburn yang terkait dengan waktu makan dan pola makan • Perut kembung dan sering merasa kenyang • Produksi air liur yang berlebih untuk mengatasi produksi asam yang berlebih • Mual dan muntah • Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan • Hematemesis yang dapat terjadi akibat ulkus yang menyebabkan perdarahan atau karena rangsangan mukosa akibat muntah yang terjadi terus-menerus • Melena, kotoran berbau busuk karena kotoran teroksidasi dengan asam lambung • Peritonitis bila terjadi perforasi gaster ataupun duodenum • Pada bayi baru lahir, gejala awal dari ulkus peptikum bisa berupa adanya darah di dalam tinja. Jika ulkus menyebabkan terbentuknya lubang (perforasi) pada lambung atau usus halus, bayi bisa tampak kesakitan dan cenderung timbul demam. • Pada bayi yang lebih tua dan anak kecil, selain di dalam tinjanya ditemukan darah, juga disertai muntah atau nyeri perut berulang. Nyeri seringkali semakin memburuk atau membaik jika anak makan. Nyeri juga menyebabkan anak terbangun dari tidurnya pada malam hari.

 Pemeriksaan & Diagnosis Ulkus peptikum pada bayi dan anak kecil sulit untuk didiagnosis, karena anak yang masih sangat muda tidak dapat mengemukakan gejala yang dirasakannya secara tepat. Anak usia sekolah mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri, menjelaskan sifat nyeri dan saat timbulnya nyeri (sesudah makan atau pada waktu-waktu tertentu).

Pemeriksaan yang biasa dilakukan: • Barium enema • Endoskopi • Tes untuk H. pylori Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja.

Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.

Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.

Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap adanya darah. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga tes pernafasan yang mendeteksi H. Pylori, serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.

Gambar 3. Penampakan ulkus gaster pada Barium enema X-Ray Gambar 4. Tampak Ulkus pada mukosa lambung pada pemeriksaan endoskopi 6. Diagnosis Banding • GERD • Gastritis • Kanker Lambung • Infark Miokard akut • Ulkus gasier • ulkus duodenum • dispepsia non ulkus

 Pencegahan Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakanpembedahan : 1. Penurunan stress dan istirahat. 2. Penghentian merokok 3. Modifikasi diet 4. Obat-obatan 5. Intervensi bedah

Jika penyebabnya adalah NSAIDs, sebaiknya hindari pemakaianNSAIDs, termasuk setiap obat yang mengandung ibuprofen maupunaspirin. Jika tidak ada makanan tertentu yang diduga menjadi penyebab maupun pemicu terjadinya ulkus, biasanya tidak dianjurkan untuk membatasi pemberian makanan kepada anak-anak yang menderita ulkus.Makanan yang bergizi dengan berbagai variasi makanan adalah pentinguntuk pertumbuhan dan perkembangan anak.Alkohol dan merokok dapat memicu terbentuknya ulkus. Selain itu,kopi, teh, soda dan makanan yang mengandung kafein dapat merangsang pelepasan asam lambung dan memicu terbentuknya ulkus, jadi sebaiknya makanan tersebut tidak diberikan kepada anak-anak yang menderita ulkus. Langkah-langkah perawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi tukak lambung antara lain : (1) Istirahat yang cukup sampai gejala mereda hindari stres,tekanan emosional, dan kerja berat jangan sampai terlambatmakan dan jangan makan yang berlebihan jangan biarkan lambung kosong, makan sedikit-sedikit dengan jenjang waktu yang sering (2) Konsumsi makanan yang ringan dan lunak (3) Hindari makanan yang pedas, asam, keras, dan lain-lain yangdapat memperparah radang lambung seperti alkohol, kopi,buah yang mentah dan masam, nangka, durian, salak. (4) Hindari merokok karena rokok dapat mengiritasi dindinglambung dan duodenum. (5) Hindari obat-obatan yang mengandung aspirin. (6) Usahakan buang air besar secara teraturUntuk menurunkan asam lambung yang berlebihan yangdapat mengiritasi lambung biasanya minum obat antasida.Obat- obatan bersifat antasid yang banyak dijual bebas diwarung berfungsi menurunkan keasaman cairan di lambungdengan cara menaikan pH, sehingga untuk sementara gejala sakit akan hilang. Namun hal tersebut hanya bersifat sementara karena luka pada lambung belum pulih dan sekresikelenjar-kelenjar lambung belum seimbang. (7) Dengan perawatan yang baik dan memperhatikan pola hidupdan pola makan yang sesuai, kebanyakan tukak lambungdapat sembuh sama sekali. Namun seringkali meninggalkan bekas jaringan parut yang dapat robek dan terjadi ulkus/lukak embali sehingga serangan dapat berulang kembali. (8) Tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi tukaklambung berfungsi untuk mengurangi peradangan dan infeksi,memperkuat dinding mukosa lambung, mengurangi kepekaandinding lambung, dan memperbaiki fungsi pencernaan secara umum

Informasi Tambahan • Tidak banyak orang menyadari bahwa dirinya menderita ulkus peptikum. Yang biasanya dikeluhkan oleh orang-orang ialah dirinya menderita sakit maag, dan hal itu dianggap remeh karena tidak memberikan efek yang terlalu besar. • NSAIDs yang menjadi biang keladi dari ulkus peptikum ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti obat pereda nyeri, obat sakit kepala, obat pereda nyeri menstruasi, dan obat anti radang, yang biasanya kita konsumsi secara biasa bahkan bisa didapatkan dari warung di sebelah rumah anda. • Apabila anda sudah menemukan gejala seperti darah di kotoran atau kotoran hitam seperti ter, muntah dan nyeri perut hebat maka cepatlah mengubungi dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam atau dokter subspesialis gastroenterology.

 Penatalaksanaan Tujuan Pengobatan adalah: 1. Menyembuhkan ulkus 2. Menghilangkan rasa nyeri 3. Mencegah kekambuhan Prinsip Pengobatan adalah: 1. Menghilangkan/Mengurangi factor agresif 2. Meningkatkan factor defensive 3. Kombinasi keduanya Pengobatan non medika mentosa: 1. Mengatur frekuensi makan 2. Jumlah makanan 3. Jenis makanan 4. Mengendalikan stress Pengobatan medika mentosa: 1. Penetralisir asam lambung: antasida 2. Penghambat sekresi asam lambung: antihistamin-2, antikolinergik, pengha 3. Proton Pump Inhibitor 4. Obat protektor mukosa: obat sitoprotektif, obat site-protective. 5. Antisecretory-cytoprotective agent: analog prostaglandin E, Ebrotidine. 6. Digestive enzyme 7. Obat prokinetik 8. Obat antiemetic 9. Antibiotik 10. Lain-lain: Antiansietas

a. Antasida Antasida adalah obat yang bekerja lokal pada lambung untuk menetralkan asam lambung. Karena antasida menetralkan asam lambung, maka pemberian antasida akan eningkatkan pH lambung sehingga kemampuan proteolitik (penguraian protein) enzim pesin (yang aktif pada pH 2) serta sifat korosf asam dapat dimnimalkan. Peningkatan pH lebih dari 5 dapat menmbulkan efek acid rebound. Acid rebound adalah hipersekresi dari asam lambung untuk mempertahankan pH lambung yang normal (3 - 4). Dilihat dari sudut efek yang merusak dari asam dan pepsin maka pencapaian pH yang ideal adalah pH 5 dimana kapasitas proteolitik pepsin dapat dihilangkan dan efek korosif dari asam dapat diminimalkan.

Ada bermacam-macam antasida yang beredar di pasaran, baik jenis dan merk dagang. Antasid merupakan senyawa basa yang dapat menetralkan asam secara kimiawi misalnya kalsium karbonat, alumunium hidroksida, magnesium hidroksida dalam kombinasi. Indikasi Antasida adalah pengobatan simptomatik nyeri epigastrum, nyeri lambung dan rasa kembung yang menyertai hipersiditas lambung, gastritis, ulkus lambung dan ulkus duodenum.

Antasida diberikan bersama simetidin atau tetrasiklin oral dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat tersebut. Karena itu diberikan dengan interval 2 jam. Antasida sampai sekarang masih tetap digunakan secara luas dalam kombinasi dengan obat-obat antiulkus karena memberikan pengurangan rasa nyeri di ulu hati dengan cepat dan efektif walaupun bersifat sementara. Nyeri dapat diatasi dengan meningkatkan pH isi lambung diatas 2 dan keadaan ini mudah dapat dicapai dengan pemberian antasida, tetapi untuk menyembuhkan ulkus diperlukan pemberian antasida yang sering dengan dosis yang mencukupi.

Pemberian dosis tinggi yang menyebabkan peningkatan pH yang tinggi disertai acid rebound yang akan menurunkan pH kembali, sehingga diperlukan pemberian antasida dengan interval yang makin pendek (makin sering) agar pH tetap tinggi secara kontinyu. Dikenal 2 regimen dosis yaitu: a. Pengobatan antasida yang intensif Pengobatan ini bertujuan menyembuhkan ulkus, antasida diberikan 1 dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur (dibagi dalam 7 kali pemberian).

b. Pengobatan antasida yang tidak intensif Termasuk disini pengobatan untuk menghilangkan ras nyeri. Untuk keperluan ini antasida cukup diminum sesuai kebutuhan. Makanan dan minuman juga mempunyai kemmpuan untuk menetralkan asam lambung, sehingga dikenal istilah pain food reliefe, tetapi netralusasi ini hanya bersifat sementara, oleh karena 1 jam kemudian sekresi asam mencapai puncaknya. Karena itu rasa nyeri akan timbul kembali, biasanya mulai kurang lebih 90 menit setelah makan. Adanya makanan akan memperlambat pengosongan lambung sehing daya kerja antasida lebih panjang, yaitu sekitar 2 jam.

Pada lambung yang kosong, daya kerja antasida hanya 20 - 40 menit, karena antasida dengan cepat masuk ke duodenum. Satu jam sesudah makan sekresi asam lambung mencapai maksimal, karena itu pemberian antasida yang tepat adalah 1 jam sesudah makan dan daya kerja antasida akan bertahan lebih lama karena makanan akan memperlambat pengosongan lambung. Antasida diberikan lagi 3 jam sesudah makan dengan maksud untuk memperpanjang daya kerja antasida kira-kira 1 jam lagi. Pada keadaan yang lebih parah misalnya pada ulkus berat atau terjadi perdarahan, dianjurkan pemberian antasida tiap jam. Antsida adakalanya diberikan sebelum tidur maksudnya untuk menetralkan asam lambung yang disekresi pada malam hari. Tetapi daya kerja ini terbatas karena lambung dalam keadaaan kosong sehingga untuk menghilangkan nyeri pada malam hari sebaiknya digunakan obat antisekresi asam.

b. Penyekat Reseptor H-2 Sering disebut juga sebagai antagonis reseptor H-2. kerjanya sangat spesifik, hanya menghambat reseptor H-2 saja yang terdapat dalam jumlah banyak di mukosa lambung. Penyekat reseptor H-2 bekerja dengan menurunkan sekresi asam lambu ng dalam waktu yang lebih lama daripada efek antasida, sehingga lebih efektif. Contohnya simetidin, ranitidin, famotodin, dan nizatidin.

Penyekat reseptor H-2 bekerja dengan menghambat reseptor H-2 secara bersaing dengan histamin. Penyekat reseptor H-2 akan berikatan dengan reseptor tersebut karena mempunyai rumus bangun yang mirip dengan histamin. Histamin, gastrin, dan asetilkolin terdapat di sel parietal lambung. Apabila histamin berikatan dengan reseptornya, akan terbentuk siklik AMP (adenosin monofosfat) dan akan menjadi aktif. Sedangkan jika gastrin dan asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya masing-masing akan menyebabkan peningkatan kadar kalsium intrasel, yang selanjutnya diperantarakan histamin dan reseptor H-2. Peningkatan siklik AMP maupun kadar kalsium akan mengaktifkan pompa proton dari sel parietal. Pompa proton merupakan suatu enzim H-K-ATPase yang memecahkan zat kimia pembawa energi yakni ATP sehingga memberikan energi yang diperlukan untuk mengaktifkan pemompaan ion keluar masuk sel parietal. Pompa proton akan secara aktif mengeluarkan ion H+ dari dalam sel ke kanalikuli dan menukarnya dengan ion K+ dari kanalikuli. Ion K+ akan keluar lagi dari sel parietal bersama-sama ion Cl-. Ion Cl- yang dikeluarkan ini kemudian akan berikatan dengan ion H+ di kanlikuli membentuk asam lambung. Bila reseptor histamin H-2 telah diikat oleh penyekat reseptor H-2, maka proses seperti diatas tidak terjadi dan asam lambung tidak akan terbentuk.

c. Antikolinergik Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sel parietal sehingga menghambat sekresi asam lambung. Contohnya pirenzepine. Pirenzepin pada dosis yang cukup tinggi juga mempengaruhi reseptor asetilkolin tipe lain sehingga dapat menyebabkan efek samping antikolinergik klasik seperti mulut kering, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, konstipasi, dan kesulitan miksi.Indikasi utama adalah untuk ulkus lambung dan ulkus duodenum. Juga diindikasikan pada dispepsia karena efek antispasmodik pada motilitas lambung (menurunkan motilitas lambung). Dosisi pirenzepin yang direkomendasikan adalah 1 tablet 50mg, 2 kali sehari sebelum makan. Obat antikolinergik lain misalnya atropin dan skopolamin butil bromida tidak efektif menekan sekresi asam lambung.

d. Proton Pump Inhibitor Proton Pump Inhibitor juga disebut H-K-ATPase Inhibitor, karena memang menghambat kerja enzim H-K-ATPase. Obat ini baru ditemukan tahun 80-an dan terbukti jauh lebih kuat hambatannya terhadap sekresi asam lambung dibanding bloker H-2. waktu kerjanya juga lebih lam sehingga dapat diberikan 1 kali sehari. Contohnya omeprazole, esomeprazole, dan lansoprazole.

Golongan obat ini yang pertama kali dipasarkan ialah omeprazole. Omeprazole merupakan suatu pro-drug yang tidak aktif di tubuh sampai diaktifkan di sel parietal. Omeprazole merupakan basa lemah sehingga akan terkonsemtrasi pada bagian-bagian yang asam. Selain rongga lambung, pada tubuh satu-satunya tempat dimana terdapat keasaman adalah kanalikuli sekretori sel parietal. PPI menghambat sekresi asam pada tahap akhir yaitu di pompa proton.

Pada kanalikuli sekretori di sekitar pompa proton, omeprazole akan menarik proton (ion H+) dan dengan cepat berubah menjadi sulfonamid tiofilik atau asam sulfenat, yang merupakan penghambat pompa proton aktif. Sulfonamid akan bereaksi cepat dengan pompa proton dan menghambatnya secara efektif yaitu menghambat sekresi asam sebanyak 95 % selama 24 jam. Untuk menghindari pemecahan omeprazole dalam rongga lambung yang asam, adalah formulasi oralnya mengandung granul selaput enterik yang tahan asam. Jadi omeprazole menghambat sekresi asam pada tahap akhir mekanisme sekresi asam yaitu di pompa proton. Sifat omeprazole yang lipofilik sehingga mudah menembus membran sel parietal tempat sel dihasilkan. Omeprazole hanya aktif dalam lingkungan asam dan tidak aktif pada pH fisiologis, sehingga tidak menghambat pompa proton di tempat lain. Hal ini membuat omeprazole aman karen hanya menghambat pompa proton di sel parietal lambung. Dengan menghambat produksi asam pada tahap ini, berarti omeprazole mengontrol sekresi asam tanpa terpengaruh rangsangan lain (histamin, asetilkolin).

e. Mucosal protecting agent Prinsip dari obat-obatan ini adalah melindungi mukosa lambung, baik secara langsung maupun tidak. Obat yang melindungi secara langsung itu terjadi karena obat tersebut membentuk suatu gel yang melekat erat pada mukosa lambung. Berbeda dengan antasida, obat ini melindumgi mukosa dan dapat melekat erat di mukosa lambung, maka obat ini harus diberikan dalam keadaan perut kosong. Contohnya sukralfat dan bismuth. Sedangkan obat yang bekerja tidak langsung melindungi mukosa adalah analog prostaglandin yaitu misoprostol.

f. Cytoprotective Agent (Setraksat) Cytoprotective Agent merupakan golongan sitoprotektif karena meningkatkan mekanisme pertahanan lambung dan duodenum. Peningkatan ketahanan mukosa ini disebabkan oleh peningkatan mikrosirkulasi. Peningkatan aliran darah mukosa lambung menyebabkan peningkatan produksi mukus, produksi PgE, dan perbaikan sawar mukosa. Dengan meningkatnya mikrosirkulasi, berarti suplai glukosa, oksigen dan zat-zat makanan semakin meningkat sehingga aktivitas dan regenerasi sel-sel epitel mukosa semakin baik. Efek utamanya adalah meningkatkan aliran darah mukosa lambung dan duodenum sehingga meningkatkan regenerasi epitel mukosa dan produksi mukus dan menghambat difusi balik ion hidrogen serta konversi pepsinogen menjadi pepsin di membran mukosa. Jadi dengan meningkatkan resistensi mukosa, setraksat mempercepat penyembuhan ulkus peptikum dan memperpendek lama pengobatan.

g. Site Protective Agent (Sukralfat) Sukralfat adalah kompleks alumunium dan sukrosa. Sukralfat menjadi kental dan lengket dalam lingkungan asam serta melekat erat ke protein di kawah ulkus. Sukralfat melindungi ulkus dari erosi lebih lanjut dan menghambat kerja agresif pepsin dan empedu di tempat ulkus.

h. Tripotasium Dicitrato Bimustat (Colloidal Bismuth Subcitrate) Pada pH asam, CBS akan membentuk endapan bismut oksiklorida dan bismut sitrat yang melekat terutama pada tempat ulkus. Obat ini mempunyai efek membentuk barrier terhadap asam dan pepsin namun tidak mempunyai efek menetralkan asam. In-vitro obat ini juga dilaporkan mempunyai efek bakteriostatik terhadap kuman Helicobacter pylori. Biasanya dikombinasi dengan metronidazol dan amoksisilin atau tetrasiklin (triple therapy).

i. Analog Prostaglandin E Substansi ini terdapat secara alamiah dalam tubuh dan diketahui berperan di lambung. Derivat pertama yang dipasarkan adalah Misoprostol. Misoprostol pertama kali dipasarkan di meksiko tahun 1985. obat ini telah memsuki pasar dunia tetapi gagal baik klinis maupun komersial, karena itu diposisikan kembali untuk pengobatan ulkus yang disebabkan oleh penggunaan obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), kemudian untuk pencegahan ulkus pada penderita yang menggunakan AINS. Obat ini dikembangkan untuk memperkuat pertahanan mukosa.

j. Antibiotika Penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa ada kaitan antara kuman Helicobacter pylori dengan gastritis kronik, ulkus duodenum dan kanker lambung. Ada banyak antibiotika yang secara in vitro sensitif terhadap kuman ini. Tapi banyak yang kurang berhasil karena banyak antibiotika yang tidak aktif dalam suasana asam. Sedangkan kuman Helicobacter pylori ini hidup dalam suasana asam. Oleh karena itu, antibiotika seperti amoksisilin harus dikombinasikan dengan obat penekan sekresi asam lambung yang kuat. Pengobatan ideal untuk membasmi kuman ini belum ditetapkan.

Hasil konsensus asia pasifik tahun 1997 mengeluarkan pedoman eradikasi Helicobacter pylori dengan triple therapy yang terdiri dari: 1. PPI dosis standar 2 kali sehari Klaritromisin 500 mg 2 kali sehari Amoksisilin 1000 mg 2 kali sehari 2. PPI dosis standar 2 kali sehari Klaritromisin 500 mg 2 kali sehari Metronidazol 400 mg 2 kali sehari

Semua obat diatas diberikan selama 7 hari. Regimen ini memberikan efektifitas sekitar 90%. Namun lebih dari 30% penderita mengalami efek samping dengan pengobatan ini, sebagian besar berupa efek samping ringan. Suatu alternatif lain yan diberikan selama 2 minggu (efektifitas 80%) ialah: • Omeprazole 40 mg 2 kali sehari • Amoksisilin 500 mg 4 kali sehari k. Obat-obat Lain Ada beberapa obat yang juga bisa dipakai untuk ulkus peptikum seperti obat antiansietas seperti Diazepam dan Cholordiazepoxide. Dasarnya adalah untuk mengurangi stres, sehingga mengurangi juga pembentukan asam lambung.

l. Obat prokinetik (Metoklopropamid dan Domperidone)

a. Metoklopropamid Metoklopropamid adalah obat yang bekerja melalui susunan saraf pusat untuk merangsang motilitas lambung. Metoklopropamid mempercepat pengosongan lambung dan meningkatkan tekanan sfingter esofagus bawah. Kedua sifat ini membantu mengurangi refluks (pengaliran kembali) asam lambung ke esofagus. Indikasi utama adalah heartburn (rasa panas menusuk di ulu hati dan dada), dispepsia dan mual/muntah selama pengobatan dengan kemoterapi. Efek samping dihubungkan dengan efeknya terhadap susunan saraf pusat yaitu gelisah, kelelahan, pusing dan lesu. Diare juga merupakan masalah pada beberapa penderita dan merupakan akibat dari peningkatan motilitas lambung.

b. Domperidone Digunakan untuk meningkatkan motilitas saluran cerna bagian atas. Penggunaan utama adalah mengontrol rasa mual dan muntah tanpa melihat penyebabnya. Domperidone meningkatkan motilitas lambung dengan menghambat reseptor dopamin di dinding lambung.

Tindakan Operasi Indikasi: Terapi medik gagal atau ada komplikasi (perdarahan, perforasi, obstruksi).Hal ini dapat dilakukan dengan :  Vagotomy - Vagotomi trunkus (truncal vagotomy): Pemotongan cabang saraf vagus yang menuju lambungĂ menghilangkan fase sefalik sekresi lambung → tidak hanya mengurangi sekresi asam lambung, tapi juga mengurangi pergerakan dan pengosongan lambung → perlu drainase untuk cegah retensi lambung (gastrojejunustomi atau piloroplasti). - Vagotomi selektif hanya potong cabang saraf vagus yang menuju lambung, kekambuhan berkurang dan komplikasi pasca vagotomi minimal. - Vagotomi superselektif (high selective vagotomy / parietal cell vagotomy /proximal gastric vagotomy) → hanya potong saraf bagian lambung yang mensekresi asam, cabang saraf antrum tetap berfungsi → tidak perlu drainase lambung.  Antrektomi adalah pembuangan seluruh antrum lambung,jadi menghilangkan fase hormonal atau fase gastric lambung sekresi lambung  Vagotomi dan Antrektomi,menghilangkan fase sefalik dan gastric sekresi lambung.Jadi perangsangan saraf diputuskan,drainase diperbesar,dan tempat utama pembentukan gastrin dibuang

 Gastrektomi Parsial/distal gastrektomi,merupakan pembuangan 50-75% bagian distal lambung dibuang,jadi membuang sebagian besar mukosa yang mensekresi asam dan pepsin.Setelah reseksi lambung,kontinuitas lambung lambung-usus diperbaiki dengan melakukan anastomosis sisa lambung dengan duodenum (gastroduodenostomi atau operasi Billroth I) atau dengan jejunum (gastrojejunostomi atau operasi Billroth II)

 Komplikasi Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.

PENETRASI Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

PERFORASI Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam.

Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.

PERDARAHAN Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah: - muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi - tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.

PENYUMBATAN Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan.

Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atu pembedahan.

 Prognosis Jika Anda mengikuti pengobatan itu petunjuk dokter Anda dan mengambil semua obat Anda sebagai diarahkan, H. pylori infeksi akan sembuh dan Anda akan sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan ulkus lain.  Terapi Medis  menyembuhkan ulkus setelah 4-6 minggu, baik dgn antagonis reseptor-H₂ atau inhibitor pompa proton. Penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid harus dihentikan.  Pembedahan  dibutuhkan pada kasus dengan komplikasi perforasi dan perdarahan rekuren atau persisten.

Daftar Pustaka  http://panmedical.wordpress.com/2010/01/22/histologi-sistem-pencernaan/  http://www.docstoc.com/docs/40112575/Ulkus-Peptikum  http://ilmubedah.info/ulkus-peptikum-20110215.html  Bloom and Fawcett.2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. EGC. Jakarta  Gunawan, Sulistia Gan.2007. Farmako Dan Terapi Edisi 5.Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar